Oleh: Rudy Azhary
Tiga kursi tambahan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bisa saja menjadi penyelamat bagi Aditya Mufti Ariffin agar tetap dapat berlaga sebagai Calon Wali Kota di pemilihan 2024 ini. Artinya, pesta demokrasi di Banjarbaru menjadi lebih menarik ketimbang hanya satu pasangan calon saja. Dari komunikasi yang dijalin suratkabardigital, PKB masih teguh mengusung Aditya sebagai Calon Wali Kota untuk kembali memimpin Banjarbaru lima tahun ke depan.
“DPP PKB sudah berikan rekomendasi ke Pak Aditya. Jadi sepenuhnya diserahkan ke beliau termasuk memilih dengan siapa berpasangan,” ujar Ririk Sumari, Ketua DPC PKB Kota Banjarbaru menyampaikan rekomendasi itu diberikan pertengahan Juni lalu.
Lantas, siapa saja yang berpotensi dapat berlaga sebagai Calon Wali Kota Banjarbaru 2024 nanti?
Hingga awal Juli 2024, dua nama yang hangat diperbincangkan sebagai kandidat kuat Calon Wali Kota Banjarbaru ialah Aditya Mufti Ariffin (petahana), dan Erna Lisa Halaby sebagai calon penantangnya.
Kubu Lisa Halaby, ditengarai banyak mendapatkan perhatian dari partai-partai peraih kursi di parlemen saat pileg 2024 Februari kemarin. Ada Golkar, Nasdem, Demokrat, PAN, PKS, PDI Perjuangan, Gerindra bahkan juga PKB. Bahkan, Lisa hanya menyisakan satu partai yang tidak disambanginya untuk melamar, yaitu PPP.
Akankah kedua calon Wali Kota ini tetap bertahan hingga hari pencoblosan nanti? Politik dinamis dan bisa berubah tiba-tiba hingga di lima menit terakhir.
UNTUNG RUGI
Menjadi calon (petahana) Aditya jauh lebih diuntungkan ketimbang penantangnya. Selain menguasai panggung kebijakan, cukup berat bagi penantang untuk mengejar popularitas jika tak ada kerja keras. Melampui sulit, paling tidak imbang atau berusaha mendekati. Cukup sebagai modal berkontestasi.
Meski begitu, sebagai petahana, banyak juga celah yang dapat dijadikan amunisi penantang untuk mengurai persoalan kebijakan kota yang mungkin dianggap belum rampung atau masih tak begitu memihak untuk kepentingan masyarakat banyak.
Sementara Lisa, menjadi penantang bukan hanya sekadar aman dalam hal logistik, kemampuan dan pengalaman dalam hal kebirokrasian juga menjadi penting untuk melawan petahana. Apalagi, Aditya dikabarkan telah menggaet Said Abdullah, yang merupakan pejabat tinggi di Pemko Banjarbaru dengan jabatan Sekretaris Daerah (Sekda).
Lisa, memerlukan pendamping yang mumpuni dalam banyak hal tentang Banjarbaru. Hematnya, Lisa harus menemukan pasangan yang boleh diadu debat tentang isi perut Kota Banjarbaru selama ini, baik dari sisi kebijakan eksekutif juga legislatifnya. Jika hingga akhir salah atau keliru menentukan pasangan, maka akan menjadi berat menandingi formasi Aditya -Said Abdullah.
Panggung debat adalah salah satu ruang bagi masyarakat menilai seberapa jauh, luas dan luwesnya calon pemimpin Banjarbaru lima tahun berikutnya. Akan banyak pertanyaan para akademisi, tokoh, dan juga mungkin para praktisi dan pengamat kota yang akan mengetes kecakapan dan kemampuan managerial pada calon pemimpin itu. Debat bukan panggung lumbung suara, tapi kalah berdebat akan mempengaruhi lumbung suara.
Mari, kita tunggu perkembangan politik selanjutnya. Pesta demokrasi harus dijaga agar kota Banjarbaru memiliki pemimpin yang layak, berkompeten, dan memihak pada kepentingan masyarakat banyak.