Banjarbaru, SuratKabarDigital.com – Kepala Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru Dedy Sutoyo, telah mengambil keputusan untuk tidak memberlakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Dedy menjelaskan, banyak siswa dan orang tua yang tetap menginginkan pembelajaran tatap muka. Bahkan menurutnya, dalam dua hari terakhir kabut asap di Kota Idaman sudah mulai berangsur hilang.
“Tidak ada jaminan siswa akan serius mengikuti proses pembelajaran jika dilakukan PJJ. Takutnya mereka malah keasikan bermain, dan lupa dengan kewajiban belajarnya,” katanya.
Dedy melanjutkan, pihaknya harus memformulasikan lagi mengenai opsi penerapan PJJ bagi sekolah terdampak karhutla. Termasuk kebijakan mengenai pengetatan jam belajar.
Pengetatan yang dimaksud Dedy tersebut dilakukan dengan cara mempersingkat jam belajar. Jika normalnya jam belajar dimulai pukul 7.30, dengan kebijakan itu, sekolah terdampak kanit asap diperkenankan memulai pembelajaran pada pukul 9.30 atau 10.00 wita sampai pukul 14.00 wita.
“Kami masih mengumpulkan data dan informasi dari masing-masing kepala sekolah bagaimana pola pengetatan jam belajar ini diterapkan,” ujarnya.
Namun yang jelas, Dedy menekankan, bahwa jenjang pendidikan yang perlu diliburkan di masa kabut asap ini adalah PAUD. “Karena kami pikir anak usia sekolah PAUD ini lebih rentan terserang ISPA,” ucapnya.
(Randi, red)