SuratKabarDigital.com – Indonesia resmi mencatat sejarah baru di industri gim Asia Tenggara dengan meluncurkan Indonesia Game Rating System (IGRS), sistem klasifikasi gim berbasis nilai lokal pertama di kawasan ASEAN. Langkah ini tidak hanya ditujukan untuk perlindungan anak dan pengguna, tetapi juga menjadi strategi pemerintah untuk memperkuat posisi Indonesia dalam kompetisi industri kreatif global.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan bahwa IGRS adalah wujud keseriusan pemerintah dalam menciptakan ekosistem gim nasional yang sehat dan terpercaya, sehingga investor dan pengembang gim semakin yakin untuk berkarya di Indonesia.
“Penerapan IGRS ini dilakukan untuk melindungi industri gim, tapi di saat yang bersamaan juga melindungi para gamers, khususnya anak-anak,” ujar Meutya usai menghadiri Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) Conference 2025 di The Stones Hotel, Bali, Sabtu (11/10/2025).
IGRS memberikan kepastian hukum dan standar yang jelas bagi seluruh produk gim yang beredar di Indonesia, baik lokal maupun global. Dengan regulasi ini, pengembang lokal diharapkan mampu bersaing dengan produk asing karena proses klasifikasi menjadi lebih transparan dan sesuai norma Indonesia.
Meutya menjelaskan, pemerintah tidak hanya membatasi, tetapi justru mendorong industri gim berkembang lebih profesional. “Ke depan, pengembang gim akan mencantumkan kategori usia langsung di dalam gim. Ini memudahkan pengguna, sekaligus meningkatkan kredibilitas gim buatan Indonesia,” katanya.
IGRS bukan kebijakan instan. Sistem ini telah dirintis sejak 2016 melalui Peraturan Menteri Kominfo, kemudian diperkuat dengan Perpres Nomor 19 Tahun 2024 tentang Percepatan Pengembangan Industri Gim Nasional dan Permenkominfo Nomor 2 Tahun 2024 tentang Klasifikasi Gim.
Regulasi tersebut mengatur klasifikasi usia 3+, 7+, 13+, 15+, dan 18+ yang wajib diterapkan semua gim yang beredar di Indonesia.
Selain mendorong industri lokal, IGRS juga menjadi bagian dari pelaksanaan PP TUNAS sebagai perlindungan anak dari paparan konten digital yang tidak sesuai usia. Dengan sistem ini, Indonesia menunjukkan bahwa kemajuan teknologi harus berjalan seiring dengan tanggung jawab sosial dan budaya.
“Rating gim menegaskan bahwa kemajuan digital Indonesia bukan hanya soal teknologi, tetapi juga tentang masa depan generasi digital yang lebih sehat,” tegas Meutya.