Kabupaten Banjar, SuratKabarDigital.com – Menyambut bulan Muharam 1447 Hijriah, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Syafaat Bukhari Muslim (PPSBM) sekaligus Anggota DPRD Kabupaten Banjar, Ali Syahbana, mengajak umat untuk menyelami makna terdalam dari bulan suci yang dikenal sebagai waqtun mubārak (waktu yang diberkahi).
Ali menyampaikan refleksi spiritualnya dari kompleks PPSBM, Senin (30/6/2025), dengan menekankan bahwa Muharam bukan sekadar penanda pergantian kalender Islam, tetapi momen kontemplatif untuk kembali menyapa fitrah hati.
“Muharam hadir seperti panggilan lembut untuk menyapa niat kita,” ujarnya dengan penuh makna.
Mengutip karya monumental Iḥyā’ ‘Ulūm ad-Dīn karya Imam Al-Ghazali, Ali menegaskan bahwa niat adalah ruh dari setiap amal. Dalam pandangannya, Muharam menjadi semacam “cermin batin” yang mengajak umat Islam memperdalam niat dalam setiap langkah kehidupan — baik dalam urusan dunia (dunyāwī) maupun akhirat (dīnī).
“Ketika niatnya jernih, setiap waktu menjadi penunjuk arah, bahkan saat langkahnya diam,” tutur Ali.
Ali melihat Muharam sebagai waktu yang tak sekadar dihiasi seremoni, tetapi ruang untuk tafakur, pembersihan jiwa (tazkiyatun-nafs), dan muhasabah. Ia menggambarkan waktu sebagai amanah dari Allah yang bisa menjadi ladang amal bagi siapa saja yang ingin memperbarui tekad dan ketulusan dalam menjalani hidup.
“Waktu bisa menjadi ladang (mīdān) untuk menyusun ulang niat melalui keheningan, muhasabah, dan ṣidq al-‘azm (tekad yang tulus),” jelasnya.
Ali menyadari bahwa setiap orang memiliki cara masing-masing dalam menyambut Muharam: ada yang menghidupkan malam dengan qiyām al-layl, ada yang diam dalam muhasabah, atau mengekspresikannya melalui amal-amal sederhana namun penuh keikhlasan.
“Ringkasnya, Muharam adalah waktu yang lembut dan khāshi‘. Ia mengetuk hati bukan dengan keramaian, tetapi dengan suara batin yang halus namun dalam, bagi siapa pun yang bersedia mendengarkannya,” pungkas Ali Syahbana.
Di tengah dunia yang semakin riuh dan serba cepat, pesan Ali terasa menyejukkan. Ia mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk tidak kehilangan makna dalam kesibukan, dan menjadikan Muharam sebagai momen pulang — bukan ke rumah, tapi ke jernihnya hati dan niat.