MAMAIR HARUAN
Suratkabardigital.com – Hampir di semua wilayah, khususnya di Kalimantan Selatan, ikan haruan atau gabus menjadi salah satu target para pemancing atau istilahnya dalam masyarakat setempat Bubuhan Paunjunan. Banyak cara mendapatkannya, salah satunya adalah dengan teknik mamair.
Mamair adalah salah satu cara memancing ikan sejenis gabus atau toman menggunakan bilah bambu yang sudah dikeringkan kemudian diluruskan dengan panjang bervariasi, mulai dari 3,5 hingga 6 meter.

Sebagian pamairan (spesialisasi), masih meyakini bahan dasar, jenis, motif, dan tekstur bilah bambu mempengaruhi hasil pairan. Bambu yang biasa digunakan antara lain warga setempat menyebutnya jenis tamiang dan kalai.
Tamiang memilik ruas lebih panjang dan terasa ringan. Sedangkan kalai cenderung berat dan ruasnya terbilang lebih pendek. Kedua jenis bambu pair ini digunakan sesuai selera, cuaca atau lokasi pamairan.
Cara atau teknik mamair dikenal dua macam. Pertama dengan cara menggoyangkan kodok yang dikaitkan pada kawat dengan nylon di atas air, atau dengan teknik mangarasak, yaitu menggoyangkan kodok diantara semak atau rumput yang berada di tepian sungai secara terus menerus.
Bubuhan pamairan biasanya berpeluang mendapatkan haruan yang bobotnya besar dengan cara mangarasak, meskipun diperlukan kesabaran yang luar biasa. Namun, peluang mamair di atas air sungai juga tak kalah berpeluang, hanya saja ukuran ikan haruan yang didapat berukuran lebih kecil.
Untuk mengait kodok di kawat agar tidak menyangkut di rerumputan atau gulma, biasanya pada bagian kail dimasukan karet pentil sepeda berwarna merah atau kuning. Fungsinya untuk mengaitkan ujung kawat dengan penutup kail di atasnya.
Di Kalimantan Selatan, bubuhan pamairan menyebut lokasi pemancingan dengan sebutan pilawa. Pilawa dapat ditemukan di wilayah persawahan atau hutan rawa yang berair.
Semoga artikel ini dapat memberikan informasi dan manfaat bagi para pembaca dan bubuhan pamairan. Masih banyak yang belum dikupas tentang cara memancing ikan haruan secara tradisional. Melestarikan alam juga melestarikan kebiasaan masyarakat lokal. (Rudy Azhary, red)