Oleh: Rudy Azhary
Rumah Sakit Umum Daerah atau disingkat RSUD Ulin Banjarmasin adalah salah satu rumah sakit di Kalimantan Selatan. Rumah sakit milik daerah ini didirikan dua tahun sebelum Indonesia Merdeka, tepatnya pada 1943 silam. Dalam perjalanannya, rumah sakit ini beberapa kali direnovasi. Hingga kini, rumah sakit di Kalimantan Selatan ini masih memberikan pelayanan medis bagi masyarakat Kalimantan Selatan hingga pasien dari luar provinsi.
Dari sejarah perjalanan panjang RSUD Ulin Banjarmasin, Tim Redaksi SuratKabarDigital mencoba mengangkat sisi lain dari rumah sakit yang berdiri di atas lahan seluas 63.920 m2 di Kota Banjarmasin itu. Di balik megahnya gedung rumah sakit dengan klasifikasi A itu, terdapat seorang tokoh perempuan yang tak dapat dipandang sebelah mata. Dia bernama Sari Kartika. Perempuan kelahiran Banjarmasin, 06 Januari 1967 ini kini menjabat sebagai Kepala Seksi Sarana Non Medik di RSUD Ulin Banjarmasin.
Sari adalah Sarjana Fisika Nuklir lulusan Universtias Gajah Mada, Jogjakarta. Menyandang predikat Sarjana Nuklir, Sari mengawali karir sebagai seorang Radiografer kemudian beralih menjadi Fisikawan Medik di Instalasi Radioterapi RSUD Ulin Banjarmasin. Kehadiran Sari membawa angin segar kembalinya layanan Radioterapi di RSUD Ulin Banjarmasin yang sempat vakum lebih kurang lima tahun lamanya.
Dalam karir, sejumlah prestasi juga didapatkan perempuan pemegang penghargaan lima terbaik Inovasi Diklat PIM IV pada 2017 lalu ini, diantaranya adalah Satya Lencana Karya Satya untuk pengabdian 10 dan 20 tahun dari Presiden Republik Indonesia, peraih lisensi sebagai Petugas Keamanan Sumber Radioaktif (PKSR) oleh United State Departement of Energy (USDOE) Amerika Serikat, dan peraih lisensi sebagai Petugas Proteksi Radiasi Medis Tingkat I oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir.
Meski ditunjang sejumlah penghargaan, Sari tetap menjadi sosok yang ramah dan tak pelit berbagi ilmu pengetahuan, khususnya dengan rekan sekerjanya di RSUD Ulin Banjarmasin. Aktif di manajemen tak membuat dirinya berdiam diri di balik meja saja. Sari masih terus membina, membimbing, dan membagi pengetahuannya dengan rekan-rekannya di Radioterapi, sebagai senior yang berpengalaman di bidangnya.
Secara akademisi, latar pendidikan serta jejak prestasi Sari Kartika menjadi daya tarik Tim Redaksi SuratKabarDigital untuk ditulis. Berikut pengalaman akademisi yang pernah ditempuh Sari Kartika, yakni Sarjana Fisika di Universitas Gajah Mada, Magister Kesehatan di Jakarta, Bridging Program Matematika dan Fisika Universitas Indonesia, peraih beasiswa Internasional sebagai Fellowship IAEA (International Atomic Energy Agency) untuk mempelajari bidang Fisika Medik di Sydney Universtiy dan Westmead Hospital, Sydney, Australia, dan juga berkesempatan mengunjungi ANSTO (Australian Nuclear Science and Technology Organitation). Dia juga mendapatkan beasiswa Internasional sebagai Fellowship IAEA untuk mempelajari bidang Fisika Medik di Tata Memmorial Hospital, Mumbai, India. Tak ketinggalan pula, sebagai Scientific Visit ke Praha, Republik Ceko untuk mempelajari peralatan Radioterapi yang menggunakan Radioaktif.
Memiliki karir dan prestasi gemilang tak membuat perempuan kelahiran Banjarmasin, 06 Januari 1967 ini berdiam diri. Dia juga turut menjadi salah seorang relawan pada saat bencana banjir melanda sebagian daerah di Kalimantan Selatan awal 2021.
** Selesai.