Kabupaten Banjar, SuratKabarDigital.com – Di tengah kemajuan zaman yang menawarkan serba instan dan konektivitas tanpa batas, pemuda Indonesia justru berada di persimpangan genting: antara berkembang menjadi agen perubahan atau terjerumus dalam jurang narkoba.

Pegiat sosial sekaligus Anggota DPRD Kabupaten Banjar, Ali Syahbana, menyoroti fenomena ini dengan sudut pandang yang berbeda. Ia menilai, persoalan narkoba bukan hanya soal pelanggaran hukum, tapi juga soal kehilangan arah dan minimnya ruang aman bagi generasi muda.

“Hari ini narkoba tak lagi hadir sembunyi-sembunyi. Ia masuk lewat genggaman, melalui media sosial, bahkan menyusup ke lingkungan sekolah yang selama ini kita anggap steril,” ujar Ali, Selasa (8/7/2025).

Menurut Ali, korban narkoba kini justru banyak berasal dari anak-anak muda yang tengah mencari jati diri, pelarian dari tekanan hidup, atau ingin diakui di lingkungan sosialnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba bukan hanya persoalan moral, tapi juga cermin dari lemahnya sistem pendampingan sosial.

Ali menegaskan bahwa strategi memerangi narkoba tidak bisa bergantung sepenuhnya pada pendekatan hukum semata. Dibutuhkan pendekatan yang lebih menyentuh aspek kemanusiaan.

“Solusinya harus menyentuh emosi, spiritualitas, dan kebutuhan akan eksistensi pemuda. Edukasi dini yang menyentuh hati, bukan sekadar otak,” ucapnya.

Ia pun mengusulkan pembangunan ruang-ruang ekspresi positif seperti kegiatan seni, olahraga, literasi, dan kewirausahaan sebagai wadah pelampiasan energi produktif pemuda. Lebih dari itu, penguatan peran keluarga dan komunitas dinilai sebagai benteng utama pertahanan karakter.

Ali menekankan bahwa penyelamatan generasi muda dari jeratan narkoba hanya bisa berhasil jika melibatkan semua pihak. Ia mendorong kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga pendidikan, tokoh agama, organisasi pemuda, hingga komunitas akar rumput.

“Kita perlu menciptakan sistem pertahanan sosial yang tangguh. Ini bukan hanya urusan BNN atau polisi. Ini tugas bersama,” katanya.

Ia optimistis, pemuda Banjar dan seluruh Indonesia sejatinya memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor perubahan sosial—asal diberikan wadah, kesempatan, dan pendampingan yang tepat.

“Menyelamatkan satu pemuda hari ini sama artinya menyelamatkan masa depan bangsa. Jangan biarkan potensi itu layu sebelum berkembang,” katanya Ali.