Banjarbaru, SuratKabarDigital.com — Anggota DPR RI Dapil Kalimantan Selatan I, H Muhammad Rofiqi, kembali menegaskan pentingnya membumikan Pancasila sebagai fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Melalui kegiatan Sosialisasi Pembinaan Ideologi Pancasila yang digelar, Senin (4/8/2025) di salah satu hotel di Banjarbaru, ratusan peserta dari berbagai elemen masyarakat turut ambil bagian.
Dengan tema “Menanamkan Nilai Pancasila sebagai Landasan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,” Rofiqi menyampaikan bahwa Pancasila bukanlah sekadar slogan, melainkan ruh yang sudah lama tumbuh di tanah Banua.
“Di sini kita punya falsafah waja sampai kaputing, semangat pantang menyerah. Ada manyandang, saling bantu tanpa pamrih, serta bapakat, tradisi musyawarah. Itu semua wujud nyata nilai-nilai Pancasila,” kata politisi Gerindra itu.
Dia juga menyoroti bahwa tantangan ideologis saat ini tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam bangsa sendiri. Individualisme, rendahnya rasa memiliki terhadap negara, hingga lunturnya solidaritas sosial menjadi ancaman nyata.
Terlebih di era digital, menurutnya, ruang publik dibanjiri ujaran kebencian, hoaks, dan konten yang tidak mendidik.
“Pancasila harus menjadi kompas moral di era digital. Bahasanya boleh kekinian, tapi nilai dasarnya tidak boleh ditawar,” tegasnya.
Rofiqi mengurai bagaimana setiap sila Pancasila sejatinya telah hidup dalam budaya dan keseharian masyarakat Kalimantan Selatan:
Sila Pertama (Ketuhanan): Tradisi pengajian, haul akbar, dan tokoh ulama besar seperti Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari menjadi bukti religiusitas masyarakat Banua.
Sila Kedua (Kemanusiaan): Budaya baimbai dan sopan santun sebagai cermin adab yang tinggi.
Sila Ketiga (Persatuan): Harmoni etnis Banjar, Dayak, Bugis, hingga Jawa yang terjaga dalam semangat kebersamaan.
Sila Keempat (Kerakyatan): Tradisi bapakat, forum musyawarah kampung sebagai bentuk demokrasi lokal.
Sila Kelima (Keadilan Sosial): Semangat Murakata dan praktik gotong royong, koperasi, hingga pembagian hasil panen secara adil.
“Ini bukan sekadar teori. Pancasila itu hidup di tengah masyarakat, bukan hanya di buku teks,” imbuhnya.
Rofiqi menegaskan bahwa pembangunan bangsa tidak cukup dengan pembangunan fisik semata. Pembangunan karakter dan nilai harus menjadi prioritas agar generasi muda tumbuh dengan jati diri yang kuat.
“Kita tidak hanya bangun jalan dan jembatan, tapi juga jembatan hati. Semangat gotong royong dan karakter bangsa adalah fondasi utama. Dan Pancasila adalah bintang penuntun itu,” pungkasnya.