Kabupaten Banjar, SuratKabarDigital.com – Serangan kera liar di wilayah perbatasan Kecamatan Aluh Aluh dan Kecamatan Beruntung Baru, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, terus memicu keresahan. Hingga Rabu (3/12/2025), jumlah korban bertambah menjadi 10 warga, masing-masing lima dari Aluh Aluh dan lima dari Beruntung Baru.
Para korban mengalami luka gigitan serta cakaran, bahkan beberapa di antaranya harus mendapatkan tindakan jahit di fasilitas kesehatan.
Camat Aluh Aluh, Aditya Yudi Dharma, mengungkapkan bahwa meningkatnya jumlah serangan membuat pemerintah kecamatan harus bertindak cepat dengan menggelar rapat koordinasi bersama instansi terkait.
Pertemuan itu melibatkan BKSDA Kalimantan Selatan, Animal Rescue Banjarmasin, Dinas Damkar dan Penyelamatan, Dinas Peternakan, serta Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar. Rapat lanjutan juga digelar bersama Forkopimcam Beruntung Baru, puskesmas, hingga perangkat desa terdampak.
“Masyarakat sekarang benar-benar khawatir. Kera liar ini menyerang secara tiba-tiba, bahkan ketika warga sedang santai. Akhirnya mereka berjaga siang dan malam,” ujar Aditya.
Dalam rapat tersebut, disepakati pembentukan tim gabungan untuk percepatan penanganan serangan satwa. Dua posko khusus akan didirikan di titik rawan serangan yang berada tepat di perbatasan kedua kecamatan.
Aditya menjelaskan, tindakan langsung di lapangan baru dimulai Jumat (5/12/2025), karena dibutuhkan tenaga ahli dan peralatan khusus yang hanya dimiliki Animal Rescue Banjarmasin.
“Aparat kecamatan, desa, dan polisi tidak punya alat untuk menjebak atau menangkap hewan liar tersebut. Jadi kita menunggu kedatangan petugas Animal Rescue,” jelasnya.
Pemasangan jebakan akan dilakukan dengan menggunakan kera betina sebagai umpan untuk memancing kelompok kera agresif yang menyerang warga.
Sambil menunggu penanganan teknis, pemerintah kecamatan meminta desa-desa terdampak menyiagakan petugas selama 24 jam untuk memantau pergerakan kera liar.
Sebelumnya tercatat delapan warga menjadi korban, namun data dari puskesmas menunjukkan adanya dua tambahan korban yang belum diverifikasi langsung oleh pemerintah kecamatan.
Untuk mengantisipasi risiko penyebaran rabies, puskesmas diminta menyiapkan stok vaksin serta obat-obatan khusus bagi korban gigitan satwa.
“Nanti tim akan memastikan seluruh data korban di lapangan. Kita ingin pastikan semua warga yang terluka mendapatkan perawatan lengkap,” tegas Aditya.
Pemerintah mengimbau masyarakat agar tidak melakukan penyerangan balik atau upaya penangkapan tanpa pengawasan tenaga ahli. Selain berbahaya, tindakan tidak tepat dapat memperburuk situasi dan membuat satwa semakin agresif.
“Keselamatan warga adalah prioritas utama,” tegas Aditya.

